Mengenal Batik Sebagai Warisan Nusantara

Galeri

1744035batik-tuliss780x390

Pada tanggal 2 Oktober 2009 UNESKO sebagai lembaga PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan pendidikan, telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia yang dihasilkan oleh negeri kita. Batik Indonesia dipandang sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (masterpieces of the oral and intangible heritage of humanity).

Batik yang dikenal oleh nenek moyang kita dalam rentang waktu ratusan dan bahkan ribuan tahun lalu, hingga hari ini telah lestari dan mengalami perkembangan. Kita patut berterimakasi kepada nenek moyang yang telah menjaga dan mewariskan budaya membatik melintasi generasi demi generasi. Budaya membatik akan tetap ada apabila pewaris budaya membatik tidak hanya dilakukan melalui pendidikan dalam keluarga, namun dilakukan dlam bidang pendidikan di sekolah, kursus, maupun di lingkungan masyarakat.

Batik dari tahun ketahun memiliki perkembangan yang sangat signifikan. Batik sudah tidak lagi menjadi bahan yang hanya disimpan di dalam lemari dan hanya dikeluarkan jika akan dikenakan dalam acara-acara khusus. Saat ini berbusana batik tidak seperti pada zaman dahulu yang harus mengikuti aturan-aturan pemakaian. Batik menjadi lebih bebas dikreasikan dalam bentuk apa pun. Batik bisa dijadikan busana yang dipakai sehari-hari maupun pada saat bepergian ke mana pun.

Alasan itulah yang mendorang penulis memberanikan diri untuk menyusun makala ini, dengan tujuan pembaca semakin mengetahui mengenai batik serta perkembangan batik untuk menumbuhkan minat dalam melestarikan dan mewariskan budaya membatik dari masa kemasa. Penulis juga ingin menyampaikan ilmu mengenai batik dari proses pembuatan, motif yang terdapat pada batik, dan perawatan pada kain batik yang benar.

PEMBAHASAN

 

Sebelum kita memasuki area pembahasan mengenai pembuatan batik, khususnya di Indonesia, alangkah baiknya kalau kita terlebih dahulu mengetahui asal-usul dan sejarah munculnya batik. Rasanya sulit untuk mengkaji suatu permasalahan tanpa didahului oleh pengetahun dan asumsi dasar tentang permasalahan yang akan dikaji tersebut. Demikian juga halnya dengan batik, kita akan kebingungan dan bertanya-tanya manakala sebelumnya tidak mengetahui sejarah dan munculnya batik tersebut.

Istilah batik berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: yaitu “amba” yang mempunyai arti “menulis” dan “titik” yang mempunyai arti “titik”, dimana dalam pembuatan kain batik sebagian prosesnya dilakukan dengan menulis dan sebagian dari tulisan tersebut berupa titik. Titik berarti juga tetes. Seperti diketahui bahwa dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih. (Lisbijanto, 2013: 6-7).

Jika proses membuat motif batik dilakukan dengan cara “ditulis” menggunakan alat yang disebut canting, maka batik tersebut dinamakan batik tulis. Ada juga jenis batik yang pembuatan motifnya menggunakan alat cetak khusus yang terbuat dari logam dengan motif-motif tertentu. Batik yang dibuat dengan cara ini mirip dengan stempel atau cap. Batik yang dibuat seperti ini disebut sebagai batik cap atau batik stempel.

            Sejarah historis, batik sangat erat hubungannya dengan Kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa pada masa dahulu. Pengembangan batik dengan gencar berlangsung di masa kerajaan Mataram pada tahun 1600 – 1700. Pada kurun waktu itulah batik meluas ke seantero Jawa. Untuk keperluan upacara dan busana bangsawan, para seniman keraton menciptakan berbagai macam motif batik. Kemudian, Keraton Solo dan Yogyakarta, selaku penerus Mataram, mulai memperkaya motif batik tulis. Sedangkan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I selesai atau sekitar tahun 1920-an.Sejarah Pembuatan Batik

Awalnya, batik dikerjakan hanya terbatas di dalam lingkungan keraton saja. Namun, karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa keluar keraton dan dikerjakan di rumah masing-masing. Tidak lama kemudian, kesenian batik ini banyak ditiru oleh orang-orang terdekat para pengikut raja, dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu luang. Maka, batik yang awalnya hanya digunakan oleh raja dan keluarga keraton, menjadi pakaian rakyat yang banyak digemari, baik wanita maupun pria.

Semula, batik hanya dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Namun dewasa ini (era modern), batik yang sudah menjadi kain tradisional Indonesia juga dibuat di atas bahan lain, seperti sutra, polyester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Di samping itu, cara pembuatannya juga mengalami banyak perubahan. Selain batik tulis (yaitu batik yang motif batiknya dibentuk dengan tangan), kini juga ada batik cap, batik printing (massal, atau menggunakan mesin cetak otomatis), batik painting, dan sablon.

Di luar teknik yang telah disebutkan di atas, ada juga teknik pembuatan batik dengan cara mengecatkan langsung pewarna pada kain menggunakan kuas untuk membuat motif atau citra-citra tertentu. Bahkan, belakangan ini ada juga beberapa orang yang mencoba memperkenalkan cara membuat batik dengan cara menyemprotkan langsung tinta ke kain menggunakan alat yang disebut air brush. Biasaya, motif yang dihasilkan adalah motif-motif pop dan kontemporer.

Perkembangan Batik Masa Kini

Dulu, batik identik dengan acara resmi, seperti rapat, pesta pernikahan, dan lain sebagainya. Tetapi kini, batik sudah mengalami perkembangan. Sekarang sering kali menyaksikan anak muda menggunakan batik untuk ke sekolah, kampus, bahkan jalan-jalan santai.

Dengan semakin berkembangnya tren kehidupan ini, aneka desain baju batik semakin populer dan beragam, seperti baby doll, balon, kerut dan lain-lain. Tidak salah jika terdapat sebuah pernyataan bahwa dalam setiap lemari pakaian orang Indonesia dapat dipastikan terdaat kain batik di dalamnya.

Selain populer di kalangan masyarakat Indonesia, batik juga terkenal di kalangan masyarakat dunia. Warisan leluhur ini ternyata mampu menermbus pasar mancanegara. Batik telah menjelajah hingg ke Eropa, Australia, Asia, Afrika dan Amerika. Umumnya, batik diekspor dalam bentuk kain panjang, kemeja dan busana wanita. Banyak pula yang dipasarkan daam wujud seprai, sarung bantal dan taplak meja. Sebagai produk busana, perkembangan batik tidak lepas dari tren mode (perkembangan pasar saat ini).

Tidak mengherankan jika batik mengalami perkembangan yang pesat, baik menyangkut pola hiasan, warna dan coraknya. Motif batik tradisional yang didominasi oleh lukisan binatang dan tanaman sempat bergeser pada motif abstrak seperti awan, relief candi dan wayang. Hanya saja, semua motif batik yang kini bermunculan tetap bertumpu pada pakem tradisional.

Sebagai akibat dari perkembangan batik tersebut, warisan budaya Indonesia in sempat diklaim oleh negara tetangga kita, yakni Malaysia yang menyatakan bahwa batik adalah budaya yang berasal dari negaranya. Menanggapi klain tersebut, pemerintah Indonesia pun pada akhirnya berinisiatif untuk mendaftarkan batik ke UNESCO.

Dalam rangka mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia, pemerintah Indonesia harus melewati berbagai proses yang panjang. Hasilnya, pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia sebagai Global cultutral heritage (warisan budaya dunia) yang berlangsung di Perancis. Harapan dan tujuan pemerintah dan para pihak yang terkait dengan dikukuhkannya batik ini adalah memperkuat legitimasi Indonesia dalam pengembangan batik sebagai salah satu warisan budaya.

Elanjutnya, pemerintah Indonesia menetakan tanggal 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional, dan mengajak masyarakat untuk memakai batik. Ini dilakukan sebagai wujud kebanggaan bangsa Indonesia terhadap batik yang telah mendapat pengakuan dunia dan menjadi warisan budaya yang patut dikembangkan. Hal ini juga membuktikan bahwa batik adalah milik Indonesia yang kaya akan nilai budaya dan filosofi yang tinggi.

Kepedulian pemerintah dalam memperjuangkan batik Indonesia sehingga batik mendapat pengukuhan dari UNESCO tidak terlepas dari esensi kultutral dan historis batik Indonesia. Nilai budaya dari batik antara lain terkait dengan ritual pembuatan, ekspresi seni, simbolisme ragam hias, dan identitas budaya daerah. Pembuatan batik di beberapa daerah yang diawali dengan tirual khusus bertujuan untuk memberikan nilai estetika dan filosofi terhadap batik secara mendalam.

Motif dan Filosofi Yang Terdapat Pada Batik

Kita sebagai warga negara Indonesia harus berbangga hati karena bangsa ini memiliki keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama , dan kesenian. Salah satu produk budaya bangsa yang patut dibanggakan adalah batik. Batik, yang awalnya berasal dari Jawa, kini sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. bahkan, setiap daerah memiliki ragam motif batik sendiri. Inilah yang memperkaya ragam motif batik di Indonesia, sering disebut juga sebagai motif batik Nusantara.

Motif batik klasik

Berikut ini adalah berbagai motif batik klasik yang populer di Indonesia, sehingga beberapa motif tersebut dapat menjadikan bukti betapa kaya motif batik di negeri ini dengan nilai-nilai hidup yang terkandung di dalamnya.

  • Batik sida luhur

Banyak ragam motif batik yang mengunakan kata sida (bahasa Jawa), yang dibaca sido. Kata sida berarti jadi, menjadi, atau terlaksana. Motif batik yang berawalan sida memiliki filosofi agar apa yang menjadi harapan bisa tercapai.

Motif batik sida luhur membawa harapan agar seseorang mencapai keluhuran dalam hidup, baik secara materi yang bersifat jasmani atau duniawi seperti jabatan, pangkat, dan derajat maupun hal-hal non materi yang bersifat rohani yang melengkapi kebahagiaan hidup manusia.

  • Batik sida asih

Makna dari motif sida asih adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi atau cinta kasih terhadap sesama manusia dan lingkungan.

  • Batik sida mukti

Sida mukti merupakan motif batik yang terbuat dari zat pewarna soga alam. Motif batik ini biasanya digunakan sebagai kain dalam upacara perkawinan. Unsur motif yang terkandung di dalamnya adalah gurda. Motif batik sida mukti mengandung makna kemakmuran atau harapan untuk mencapai kebahagian lahir dan batin. Kemakmuran ini tidak hanya bersifat materi yang diperoleh dari kerja keras dan ketekunan, tetapi juga dapat mencapai keluhuran budi dalam hidup sehari-hari.

  • Batik sido mulya

Motif batik sido mulya membawa harapan mangandung arti darma, kemakmuran, dan melindungi bumi.

  • Batik sido mulya semen

Sido berarti terus-menerus, sedangkan mulya berarti kecukupan dan kemakmuran.  Diharapkan yang memakai batik ini diberikan kecukupan dan kemakmuran secara terus menerus.

  • Batik cuwiri

Batik cuwiri merupakan salah satu jenis batik yang digunakan dalam upacara mitoni dalam budaya Jawa. Batik ini dibuat dengan menggunakan zat pewarna soga alam. Batik ini biasanya digunakan untuk kemben yang dililitkan pada badan kaum perempuan hingga menutupi dada. Motif yang ditemukan pada batik ini berasal unsur meru dan gurda. Cuwiri artinya keci-kecil. Motif batik ini membawa makna agar sejak kecil seseorang membawa nilai-nilai kebaikan dalam hidupnya sehingga selalu pantas untuk dihormati.

  • Batik keraton

Dari namanya, bisa diketahui bahwa batik ini dibuat dilingkungan istana kerajaan atau keraton. Para pembuatnya adalah putri-putri keraton. Batik keraton sering dianggap sebagai asal muasal dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motif batik ini membawa filosofi tentang makna hidup. Motif batik ini bersifat eksklusif sehingga tidak diperkenankan untuk digunakan oleh orang-orang biasa.

  • Batik sekar jagad

Kata sekar jagad berasal dari bahasa Jawa, yaitu kar yang berarti peta dan jagad yang berarti dunia. Motif batik ini mempresentasikan keanekaragaman dunia pringodani. Motif batik ini mengandung nilai keindahan dan kecantikan.

  • Batik pringgondani

Dalam dunia pewayangan, pringgondani merupakan tempat tinggal Gatot Kaca. Tokoh wayang ini memiliki kesaktian tulang besi dan otot kawat. Batik pringgondani biasanya dibuat dengan warna biru nila (indigo) dan soga coklat serta suluran-suluran kecil yang diselingi naga.

  • Batik kawung

Motif batik ini merip buah kawung, berbentuk oval, yang disusun secara teratur sehingga mempunya pola geometris. Rangkaian motif ini dianggap pula sebagai bunga teratai atau lotus dengan empat lembar mahkota bunga yang merekah. Teratai melambangakan umur panjang dan kesucian.

  • Btik truntum

Kain dengan motif batik truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin dalam upacar pernikahan. Truntum berati menuntun. Diharapkan  pemakai yaitu orang tua mempelai mampu memberikan petunjuk dan contoh kepada putra-putranya untuk memasuki kehidupan baru dalam rumah tangga yang penuh liku-liku.

  • Motif Batik Parang

Parang berarti senjata. Motif batik ini menggambarkan kekuasaan.

  • Motif batik gringsing

Gringsing berasal dari kata “gring” yang artinya sakit dan “sing” artinya tidak. Oleh karena itu motif batik ini memiliki makna sebagai penolak segala penyakit.

  • Motif batik grompol

Grompol dalam bahasa Jawa berarti berkumpul atau bersatu. Motif batik ini memiliki filosofi yang melambangkan harapan orang tua agar semua hal yang baik akan berkumpul, yaitu rezeki, kebahagiaan, kerukunan, dan ketentraman untuk kedua keluarga pengantin. Selain itu motif ini juga bermakna harapan supaya pasangan keluarga baru dapat berkumpul atau mngingat keluarga besarnya kemanapun mereka pergi.

  • Motif batik abimanyu

Abimanyu merupakan putra Arjuna, salah satu anggota keluarga Pandawa. Ia mempunyai keturunan ksatria yang menjadi raja-raja di Jawa. Motif ini menyeritakan harapan agar pemakainya dapat memiliki sifat-sifat kesatria seperti Abimanyu.

  • Motif batik nitik

Dengan mengunakan motif batik nitik, diharapkan seseorang dapat menjadi seseorang yang bijaksana.

  • Motif batik udan liris

Uda liris merupan hujan gerimis. Motif batik ini memiliki maakna sebagai simbol kesuburan.

  • Motif batik wahyu temurun

Diharapkan pemakai batik dengan motif ini selalu mendapatkan petunjuk dari Yang Maha Kuasa dalam menjalani kehidupan.

Tinggalkan komentar